Tuesday 30 August 2016

Senja

Hello!

Post pertama di tahun 2016. Yup now you know how lazy Salika really is! But don't worry, there is that small little star that keeps me motivated to write and that's my little secret, in my own world!

So, kalau udah kenal aku banget pasti tau aku benci sunset, aku benci sore, aku benci warna kekuning-kuningan dengan semburat jingga di langit. Terutama saat aku sendiri.

Anehnya, aku baru sadar dengan keanehan (read: keunikan) yang aku punya ini setelah beberapa bulan awal aku sekolah di Malaysia. Alasannya? Well, gak jauh-jauh karna aku anak manja.

Apa hubungannya senja yang megah itu dengan sifat manjaku?

Gini, as far as I can remember, aku adalah yang biasanya paling pertama pulang ke rumah. Kegiatan sekolah dan jam tambahan di luar pasti gak bakal pernah ngebuat aku pulang lebih lambat dari mama, papa dan adikku. Kegiatanku setiap pulang ke rumah pasti masuk kamar, makan, nonton TV dan menunggu mama, papa dan adikku pulang ke rumah.

Sore, sekitar jam 5 mereka satu per satu pulang ke rumah dan rumah kembali ramai, just like the way I like it to be. Itu adalah jam dimana aku merasa rumah itu really feels like home.

Di Malaysia, aku tinggal sendiri, dan saat sore datang aku gak punya siapa-siapa yang bisa di tunggu untuk datang kembali ke rumah. Gak ada perasaan senang membuka pintu buat mama dan berharap mama bawa SilverQueen putih kesukaanku.

Aku mulai mencoba untuk menghidari sore. Sebelum suasana sekitar berubah menjadi jingga aku sudah mengurung diri di kamar dan meutup rapat curtain supaya cahaya jingga itu gak masuk dan gak terlihat.

Kalaupun aku gak sengaja melihat warna jingga itu aku ngerasa seperti lilin kecil yang dibakar di api unggun. Lemes, lemah, gak ada kekuatan untuk bisa beraktivitas normal paling gak untuk 30 menit dan cuma bisa diam dan nangis.

Homesick parah! Aku kangen rumah, kangen mama, papa dan Bobby.

Tahun ini adalah tahun kelima dan ketakutanku akan senja mulai berkurang. Berkurang, bukan hilang.

Senja gak bakal semenakutkan itu saat aku gak sendiri.

Aku merasa lebih baik saat aku bisa memberitahukan keunikanku (baca: keanehanku) ini ke orang lain. Thank God aku punya temen-temen dari kelas psikologi yang hebat.

Sekarang aku mencoba menyayangi senja, aku mulai menikmati semburat warna jingga di sore hari itu.

Aku gak pernah nyangka betapa misteriusnya otak dan pikiran manusia. Orang lain mungkin mengira aku aneh (I actually am!) tapi ini sesuatu unik yang nyata aku alami. Sesuatu yang cuma manusia-manusia 'spesial' bisa mengerti.







Teman anehmu,
Nebula.