Hmm sebenernya aku lagi gak mood unuk nulis, mata masih
sembab baru bangun tidur, rambut masih kayak hantu, suara masih parau dan
hidung meler karna pilek.
Mungkin sebagai empunya blog, aku ini terlalu rajin. Gimana enggak
coba, aku bisa aja ngepost tulisanku dalam waktu yang sangat dekat. Rajin banget
kan aku?. Yah hari-hariku di Malaysia banyak aku habiskan di kamar, di atas
tempat tidur sambil mangku laptop biru kesayanganku. Daripada aku keluyuran gak
jelas lebih baik aku nulis, kan?
Hmm aku mau cerita. Mengeluarkan isi pikiranku tepatnya.
Banyak sekali orang yang takut untuk menghadapi sebuah
perpisahan. Aku lah orang yang paling gak akan pernah siap dengan yang namanya
perpisahan. Ah, sebagai manusia terlalu banyak hal yang aku takutkan.
Sebenernya bukan hanya berpisah dengan seseorang saja yang bisa
membuatku terluka, tapi berpisah dengan hewan kesayanganku, barang-barangku,
maupun kamar yang jarang aku tiduri pun bisa membuatku terluka.
Entah aku ini
terlalu sensitive atau apa, tapi semenjak aku berpisah dengan orang tuaku untuk
hidup sendiri di Malaysia aku menjadi lebih sensitif.
Sewaktu aku pindah kesini aku berpisah dengan semua hal yang
sudah “mendarah”. Aku berpisah dengan mama papaku, adikku, sepupuku, kucingku,
kamar kakak sepupuku, kamar biruku yang jarang aku tiduri, sahabat, dan pacar
(ok, hubungan itu entah kemana sekarang).
Berpisah dengan semua itu membuatku harus mulai lagi
membiasakan diri untuk hidup tanpa mereka. Aku harus menemukan kehidupanku
sendiri, meninggalkan kebiasaan yang telah terlalu terbiasa sebelumnya. Gak ada lagi mereka yang bisa membantuku mengangkat kepalaku untuk menghadapi
hari, gak ada lagi teman setiaku di rumah saat semua orang sibuk dengan
kegiatan masing-masing, gak ada lagi tempat cozy yang bisa aku gunakan untuk
melakukan apapun yang aku mau, gak ada lagi PS yang biasa menyatukan aku dengan
sepupuku.
Intinya, aku takut untuk berpisah karna aku takut gak
bisa melepas rasa terbiasa yang aku sudah rasakan dalam waktu yang lama. Aku takut gak bisa mendapatkan kenyamanan dalam hati yang sama seperti saat sebelum adanya perpisahan tersebut.
Berpisah dengan orang yang telah lama terbiasa bersama juga
akan menimbulkan luka yang dalam, dimana aku gak akan bisa untuk sembuh dan
terbiasa tanpa seseorang tersebut. Itu yang membuatku terkadang takut untuk
memiliki sebuah hubungan yang terlalu jauh dengan seseorang. Karna aku takut suatu hari nanti akan berpisah.
Berpisah dengan seseorang memang akan aku alami. Aku tahu
itu. Karna gak ada manusia yang akan hidup selamanya. Dan selamanya bisa untuk
bersamaku. Tapi selama masih dalam dunia ini, kenapa harus ada perpisahan?
Entah kapan aku bisa untuk memanipulasi pikiranku saat aku
harus berpisah dengan seseorang.
Sampai kapanpun, perpisahan akan menjadi sesuatu yang
menakutkan buatku.
Dan luka itu terlalu dalam untuk bisa lekas sembuh.
backsound: Bila Kuingat (Lingua)
Bila kuingat senyum manismu
Takkan habis waktu melamun
Bila kuingat canda tawamu
Takkan habis waktu berangan
Ingin kumiliki hari selamanya
Berdua denganmu selamanya
Bukan hanya angan yang kelamaan
Bila kuingat janji manismu
Kutunggu sampai malam meninggalkanku
Semoga bukan angan yang kelamaan
Berandai.....
Takkan habis waktu melamun
Bila kuingat canda tawamu
Takkan habis waktu berangan
Ingin kumiliki hari selamanya
Berdua denganmu selamanya
Bukan hanya angan yang kelamaan
Bila kuingat janji manismu
Kutunggu sampai malam meninggalkanku
Semoga bukan angan yang kelamaan
Berandai.....
(Ngejalanin
hari-hari bareng kamu disini sebagai "teman seperjuangan" seperti
yang kamu bilang, mungkin akan sangat menyenangkan. Aku mau! Mau banget! Tapi, kamu bakal ninggalin aku tahun
depan. Tahun depan! Setahun itu sudah cukup membuatku sangat sangat sangat
terbiasa bareng kamu. Lukanya bakal dalem banget, lho! Gimana aku bisa nyari pengganti kamu untuk bisa nemenin aku di 3 tahun sisa masa kuliahku selepas kamu pergi? Gimana dengan perasaanku? Kamu tau itu, kan? Kamu selalu berfikir segala sesuatu yang ada dalam otakku itu terlalu berlebihan, tapi ini yang aku rasakan. bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan!)
No comments:
Post a Comment