Hai..
Hmm kali ini aku cuma mau cerita tentang hal yang udah dari
2 bulan lalu aku pendam. Hari itu hari menyenangkan buatku karna aku bisa
pulang ke Indonesia. Saat itu aku di bandara udah ngeberesin semua tetek-bengek
urusan imigrasi dan udah tinggal nunggu pesawat aja di ruang tunggu. Pesawatku jadwalnya
tiba sekitar 30 menit dan untuk habisin waktu aku mengecek kembali kelengkapan
tiket, boarding pass dan passport dan gak lupa aku hubungin mama untuk mastiin
supir yang jemput aku di Balikpapan udah siap di bandara. Setelah aku yakin
semuanya beres dan masih ada waktu untuk
nunggu. Untuk hilangin rasa bosen aku nyoba ngelanjutin baca novel yang sehari
sebelumnya aku beli di obralan buku di The Curve, judulnya Man and Wife dari
Tony Parson. Isinya tentang keluarga yang bercerai, kemudian istrinya menikah
lagi dengan laki-laki lain dan saat itu pula si mantan suami ngerasa gak tenang
dengan keadaan anak mereka yang masih kecil. Aku terhanyut dalam bacaanku
melihat usaha si ayah untuk tetap menunjukkan keberadaannya sebagai ayah kepada
anaknya yang sudah sulit ditemuinya.
Kehanyutanku dalam novel itu terusik waktu aku melihat ada
seorang ibu dan anaknya berjalan ke arah kursi tunggu di depanku sambil
mendorang seorang ibu tua diatas kursi roda. Si ibu itu seperti kai (kakek) ku
yang telah meninggal setahun lalu, kakinya bengkak namun di tengah sakit yang
dia punya ibu itu tak pernah lepas dari senyum. Selang beberapa menit, di kursi
tunggu belakangku ada seorang ibu tua juga yang di dorong oleh anaknya yang
sudah berumur juga, ibu tua itu menegur ibu-ibu tua di depanku “hai bu,,”
dengan senyum ramah kemudian ibu itu menanyakan lagi “beli kursi roda di mana?”
si anak ibu yang di depanku menjawab “beli di Surabaya, waktu itu ada diskon.. kamu
pang?” si ibu yang di tanya hanya diam. Kemudian ibu di belakangku berkata “bagus
yah bu punya ibu... ini saya cuma di pinjami AA (inisial pesawat yang akan di
tumpangi)” setelah itu ada hening. Aku merasakan ada yang tidak baik antara
anak-anak dari kedua ibu itu. Anak si ibu yang didepanku itu terkesan sombong
dan anak si ibu yang di belakangku terlihat tidak nyaman dengan keberadaan anak
si ibu tua di depanku entahlah itu rau muka tidak ramah atau raut letih. Tapi aku
tidak perduli, aku hanya tertarik dengan 2 ibu tua yang sangat ramah di atas
kursi roda itu. Keadaan mereka persis seperti kai ku, dengan keadaan kaki yang
bengkak, entah karna penyakit apa dan dari perbincangan singkat yang ku curi
dengar mereka habis melakukan operasi.
Di hening itu aku mencoba kembali berkonsentrasi dengan
novel yang berbahasa inggris itu, gak mudah buatku untuk mengerti alur cerita
novel itu tanpa konsentrasi tinggi, maklum aja aku masih di level 5 dari 6
level english course ku. Namun konsentarsiku buyar saat ada laki-laki
berseragam AA Crew menghampiri ibu tua di belakangku dan meminta izin untuk
mengambil kembali kursi roda berlogo AA. Si anak ibu tua itupun langsung membopong
ibunya untuk memindahkan si ibu ke kursi tunggu. Setelah Crew dari AA itu pergi
si bapak terdengar mengomel “kita kan bayar, masa tidak di kasih pinjam....”
banyak sekali gumaman si bapak itu yang menunjukkan kalau dia sangat butuh
kursi roda itu mengingat dari ruang tunggu menuju ke pesawat itu sangat jauh
dan harus berjalan kaki sedangkan kaki ibunya sangat tidak memungkinkan untuk
berjalan.
Hatiku sedih.. pilu.. ngeliat senyum ibu itu yang sangat
iklas.. ngeliat ibu tua dan anaknya yang di depanku hanya bisa tersenyum
memandang yang terjadi di barisan kursi tunggu di belakangku. Ibu itu tua, dan
dari tampilan anaknya terlihat mereka bukan dari keluarga berada. Ingin rasanya
aku berdiri, melemparkan segepok uang kepada crew dari airlanes itu dan
menyewakan kursi roda untuk ibu tua itu.
Aku ingat mama dan papa. Apakah tua nanti aku bisa
memberikan yang terbaik untuk mama? Apa aku bisa memberikan semua yang aku bisa
untuk papa? Aku selalu berharap aku bisa memberikan yang terbaik untuk mama
papa dan semua keluargaku. Sangat tidak ingin aku membuat mereka merasa susah.
Ma.. pa.. terimakasih atas semua perjuangan yang kalian
lakukan hingga akhirnya aku bisa menjadi seperti sekarang. Gak bakal lika
biarkan mama papa bersusah payah lagi saat nanti lika sudah besar dan bisa
mandiri. Lika lah yang akan kembali berbakti kepada kalian. Kalianlah yang
membuat lika semangat dalam cita-cita lika. Izinkan lika untuk sempat
memberikan yang terbaik untuk mama papa.
No comments:
Post a Comment